Senin, 13 Oktober 2014

Indonesia Indah | SUMBAWA | TRAVELING | Pendidikan Anak

Kesempatan kali ini sya ingin memberikan oleh-oleh dari perjalan kerja saya ke Sumbawa


Dibawah teriknya matahari yang menyengat, kaki kaki kami pun tak terasa telah mengitari seperempat luasnya lahan pacuan kuda yang ada di pulau Sumbawa - NTB. Tempat ini akan selalu rame jika acara pacuan kuda akan diselenggarakan.
Pacuan Kuda bagi masyarakat Sumbawa bukanlah hanya sebuah olah raga memacu kuda untuk memenangkan pertandingan tersebut. Tapi banyak sisi yang melingkupi olah raga yang sudah ada sejak lama seiring dengan adanya orang Sumbawa sendiri. Ada nilai-nilai adat, religi, karakter, budaya, kebanggan, dan sebagainya.

arena pacuan kuda - puanas e poll!! klo siang

Dan yang sangat unik dari pacuan kuda ini adalah para JOKI (penuunggang kuda) nya adalah HARUS anak anak kecil usia 5 - 9 tahun atau anak-anak sekolah kelas 1 - 4 SD. Hal ini dengan alasan bahwa kuda-kuda pacu khas sumbawa yang berjenis kuda pony adalah kuda-kuda yang memiliki perawakan (secara fisiologi) kecil sehingga mampunya hanya menanggung beban seberat anak-anak seusia tadi.

Inilah salah satu joki cilik yang sering menjadi rebutan para pemilik kuda

Namun ditengah keunikan dari pacuan kuda tersebut ada sebuah fenomena yang hampir luput dari pengamatan yakni tentang hak pendidikan dari para joki kecil tersebut. Hak mereka lambat laun akan tercerabut jika saja hal kecil tidak segera dilakukan. Ya ....hak pendidikan mereka bakal tergerus karena hampir setiap bulan sekali para joki ini harus senantiasa mengikuti agenda pacuan kuda bak layaknya atlet-atlet olahraga internasional. Selama kurang lebih 15 hari, mereka harus bersedia tinggal di camp - dekat dengan kuda pacunya agar lebih terasa dekat suasana bathinnya - yang masih berada disekitar areal pacuan kuda tersebut. Selama waktu itu pulalah mereka harus meniggalkan bangku sekolah dan pelajarannya.
Bisa dibayangkan bagaimana suasana camp tersebut, apalagi jika malam hari tiba yang kondisinya dipenuhi dengan hingar bingar musik dangdut yang berdentum keras.

Para Joki Cilik di kamp 


Adalah hak mereka untuk tetap mendapatkan pendidikan, sehingga apabila mereka telah usai (pensiun) menjadi joki mereka pun tidak lantas putus sekolah.
Pertamina Foundation bekerjasama dengan Uiversitas Teknologi Sumbawa (UTS) telah merintisnya untuk mewujudkan sebuah Sekolah Komuitas yang bersifat mobile dan bekerjasama dengan seluruh stakeholder seperti dinas pendidikan, dinas pariwisata, PORDASI, kampus, penyelenggara pacuan kuda, perangkat2 pacuan kuda, para orangtua dan guru-guru si Joki.

Para Relawan Mahasiswa di Pacuan yg mengajark joki cilik




Tidak ada komentar:

Posting Komentar