Kamis, 30 Oktober 2014

Tersenyumlah, Perbaikilah Sikap Anda | Pendidikan Anak | Psikologi | Entrepreneur




PERBAIKILAH AKHLAK ANDA TERHADAP ORANG LAIN.

Saya tidak melihat sesuatu yang lebih bisa menarik hati dan simpati orang lain dan saya tidak melihat sesuatu yang memiliki kemampuan menarik perasaan senang seperti yang dimiliki ucapan yang baik.

Sebuah sihir yang halal adalah tersenyum dan menampakkan wajah bersahabat kepada orang lain. Biasakanlah diri anda wahai saudaraku untuk selalu tersenyum setiap bertemu dengan orang lain, untuk selalu bertutur kata yang baik dan halus setiap berbicara.

Buanglah jauh-jauh dari kamus anda kalimat-kalimat tidak baik yang bisa menyakiti hati orang lain.
Hapus semua ucapan-ucapan celaan, umpatan, dan cacian dari daftar akhlak anda, agar anda bisa hidup bahagia, tenang, dan disukai banyak orang.

"Seorang muslim yg sejati adalah yang orang-orang muslim lainnya bisa terhindar dari kejelekan tangan dan lisannya."

Ketahuilah bahwa menarik simpati dan hati orang lain merupakan sebuah seni atau mata pelajaran yang harus dipelajari dan dipraktikkan. Berusahalah untuk bisa menarik hati dan simpati orang lain, karena itu adalah salah satu tanda bahwa anda diterima. Agar anda bisa mendapatkan doa mereka tatkala anda tidak bersama mereka, agar anda dikenang baik oleh mereka, karena jika anda dikenang baik, maka hal ini merupakan umur kedua setelah kematian.

Ketahuilah bahwa cinta dan kasih sayang lebih besar daripada gudang-gudang harta dunia dan persahabatan jauh lebih baik daripada harta benda berupa emas dan perak.

Tulisan Dari Dr. Aidh Alqarny

Rabu, 29 Oktober 2014

Pilih yang Mana ? | Psikologi | Pendidikan Anak | Entrepreneur | Sosial Masyarakat

Pemimpin Perang Melawan Romawi Muhammad Al- Fatih

Ada tulisan menarik dari tw Ustad Felix Siaw yang saya kutip, secara sudut pandang utk kebaikan saya piir ini cukup mewakili...
:D

Saat manusia diwajibkan memilih yang terbaik dari orang-orang buruk | mereka kehilangan idealisme dan mulai menoleransi keburukan

tokoh kafir, berakhlak buruk, ditoleransi atas nama "the greater good", "asal kerjanya bagus" | kita nggak lagi mikir tentang teladan

kita tidak lagi berpikir, "harus orang Muslim yang akhlaknya baik, dan kerjanya juga baik" | beginilah pragmatisme merenggut idealisme

bayangkan masa depan, generasi yang akan datang, bagaimana cara mereka berpikir? | seandainya kita mulai menoleransi akhlak dan laku buruk?

"gak papa tatoan, asal bisa kerja", "gak papa kafir yang penting amanah", "nggak papa riba, asal manfaat" | ini pemikiran sesat menyesatkan

sama sesatnya dengan yang mikir, "daripada kerudungan tapi judes?" "daripada Muslim tapi korup?" | kita tidak bisa berpikir ideal dan syar'i

dengan begini, kita sudah nggak lagi menilai dengan penilaian Allah dan Rasul | kita sudah nggak lagi peduli pada Al-Qur'an dan As-Sunnah

"mending mana? kerudungan judes atau buka aurat tapi baik" | kalimat begini, bila terucap, nggak akan bawa pada ketaatan, naudzubillah

"nggak papa tatoan, ngerokok, yang penting bisa kerja!" | bagaimana bila esok, anak-anak kita yang berkata demikian? naudzubillah

ini tentang contoh, teladan, figur, imitative learning tanpa sadar oleh generasi muda | yang esok membawa mereka makin jauh dari Islam

saat dunia selalu jadi ukuran, maka tidak pernah akhirat didapat | namun banyak yang mengukur dirinya dengan akhirat, dunia mengikuti

karenanya kita perlu mendidik diri kita agar tetap idealis dan syar'i | serta mencontohkan diri, bisa berkarya juga berakhlak mulia

begitulah Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia | dan manusia yang terbaik, adalah yang paling baik akhlaknya

Semoga bisa direnungkan kan ya Bunda-bunda, siapa yg akan menjadi panutan kita terutama bagi anak2. Rasulullah ya panutan terbaik sepanjang sejarah kehidupan manusia..
wallahualam bishowab  :D

Ini Bedanya Sekuler dan Sekuler Inlander | Psikologi | Pendidikan | Anak Sekolah

Ada yang Tau arti sekuler ?  Search di Google yaa...  :D :D :D



Saya ingin bahas soal fenomena sekuler inlander. Ini fenomena yang sudah cukup lama saya perhatikan. Sekuler inlander itu ya sifatnya orang-orang sekuler bermental inlander. Kampungan, gitu deh kurang lebihnya. Walaupun saya anti sekali dengan sekularisme, tapi banyak orang sekuler yang msh bisa dihormati. Kalau sekuler inlander sih nggak.

Yang namanya sekuler inlander itu ya pelakunya adalah orang-orang bermental inlander yang jadi sekuler karena ikut-ikutan. Indonesia, karena pernah dijajah, juga banyak diisi oleh kaum sekuler inlander ini.

OK, supaya lebih jelas, kita langsung masuk ke contoh kasus ya. Dalam hal ini saya ingin jadikan dialektika seputar Bu Menteri Susi dan rokoknya. Dialektikanya, bukan rokoknya! Dari perspektif orang-orang beriman, kasus ini sebenarnya telah menunjukkan kegamangan sekularisme. Bagaimana sekularisme menyikapi kebiasan merokok? Dalam hal ini, biasanya ya dianggap sebagai pilihan masing-masing. Bagi orang-orang sekuler, kita tidak perlu mengurusi kebiasaan orang lain. Jangankan merokok, mabuk dan zina pun dibiarkan. Tapi pada akhirnya, sekularisme mentok juga. Tidak segala hal bisa dianggap urusan privat seseorang.

Di negara-negara sekuler, sudah biasa orang mengkritik pejabat publik yang memperlihatkan kebiasaan buruk. Obama dikritik karena merokok, padahal nggak pernah terlihat merokok di depan publik (http://theweek.com/article/index/200270/why-is-obama-still-smoking). Demikian pula minum bir, misalnya. Orang Barat biasa minum bir, tapi pejabat publik pas disorot kamera ya harus jaim. Gonta-ganti pacar, itu biasa bagi orang Barat. Tapi kalau Perdana Menteri, ya nggak enak dilihatnya (http://www.theguardian.com/world/2011/oct/14/berlusconi-scandals-timeline). Artinya, sekularisme gagal mempertahankan prinsip ‘individualismenya’ sendiri.

Pada kenyataannya, manusia itu makhluk sosial. Tidak hidup masing-masing saja. Ketika Anda merokok, bisa dipastikan yang menghisap asapnya bukan Anda sendiri. Dan ketika orang merokok, bisa dipastikan pula yang menyaksikan bukan dirinya sendiri. Bagaimana jika pejabat publik yang merokok? Siapa yang menyaksikan? Berapa yang tergoda untuk mengikuti?

Pada akhirnya, masyarakat sekuler di Barat pun mengakui kenyataan bahwa mereka harus melindungi anak-anak mereka sendiri. Mereka tidak mau pejabat publik melakukan hal-hal yang tidak baik, agar anak-anak mereka tidak meniru. Walaupun di sini orang-orang sekuler mengkhianati ideologinya sendiri, tapi di sisi lain bisa kita puji. Masih ada akal sehatnya.

Nah kalau sekuler inlander ini lain daripada yang lain, bahkan lain dari yang sekuler beneran sekalipun. orang-orang sekuler inlander ini biasanya ‘lebih sekuler’ daripada yang beneran sekuler. Di satu sisi, mereka masih beribadah, masih beragama, tapi cara berpikirnya bisa jadi nyerempet-nyerempet ateis. Demi mempertahankan ‘hak-hak individu’, apa yang tidak selayaknya dibela pun dibela juga. Mungkin supaya kelihatan sekuler 24 karat? Ya bisa saja. Namanya juga sekuler inlander. Kerjanya cari muka pada ‘majikan’.

Di Indonesia, rokok sudah jadi masalah besar. Jangankan anak sekolah, balita saja ada yang merokok. Hebat kan? Saking fanatiknya pada rokok, teman saya cerita bahwa dia pernah ketemu orang yang mau merokok di dlm pesawat. Katanya, industri rokok menghidupi banyak orang. OK. Tapi rokok membunuh berapa orang? Katanya, industri rokok mendatangkan pemasukan. OK. Lalu kerugian akibat merokok berapa? Sudah dihitung? Di Barat, aturan2 ketat seputar rokok sudah diterapkan. Merokok itu dibikin susah. Malah ada negara yang berwacana agar negaranya dijadikan benar-benar bebas rokok. Lagi-lagi, sekularisme gagal. Diam-diam banyak juga orang sekuler yang percaya pada ‘kebenaran absolut’. Bahwa rokok itu lebih banyak merugikan drpd menguntungkannya, itu sudah pasti benar. Tak terbantahkan.

Tapi buat kaum sekuler inlander, pokoknya dibela terus. karena kebenaran harus relatif? :)Generasi muda hancur karena rokok, tetap saja rokok dibela terus. Atas nama kebebasan. Sudah miskin, kecanduan merokok pula. Makin susah hidupnya. Tapi atas nama kebebasan, rokok harus dibela. Kalau bener pake logika, rasionalitas dan fakta2 ilmiah, harusnya semua orang sekuler itu anti rokok. Kalau mengaku menjunjung tinggi hak-hak asasi masyarakat, harusnya semua orang sekuler itu anti rokok.Tapi ya begitulah dunia sekuler. Ambigu. Mendesak rokok, tapi tidak bisa juga melarangnya.Minuman keras juga sama. Sudah jelas merusak, tapi masih dibela. Dibenci, tapi nggak ada yang berani melarang. Zina juga sama. Jelas-jelas biadab, tapi demi hawa nafsu ya dibela juga. Generasi hancur, apa boleh buat. Setidaknya, kaum sekuler yang masih berakal msh berusaha mencegah ekses negatif dari hal-hal tersebut. Tapi sekuler inlander nggak.

Bicara soal sekuler inlander ini sy selalu ingat pada Sumanto Al Qurtuby. Baca tulisannya di elsaonline.com/?p=3267. Dari tulisannya, jelaslah bahwa Sumanto lebih dari sekadar. Lihat di paragraf ketiga dari bawah. Benar, bagi orang sekuler, pelacuran itu sah-sah saja. Tapi siapa yang memperbandingkan pelacur dgn dosen? Bahkan orang sekuler yang menganggap zina itu boleh pun tak sudi membuat perbandingan demikian. Di negeri-negeri sekuler, meski pelacuran itu legal, tetap saja profesi dosen jauh lebih terhormat. Inilah ‘kebenaran absolut’ yang diam-diam diyakini di negeri-negeri sekuler Barat. Tapi sekuler inlander lebih lebay gayanya. Demi membela apa yang hendak mereka bela, digunakanlah logika-logika menyesatkan.

Kita masuk lagi ke studi kasus. Perhatikan perkembangan wacananya, bukan hanya kasusnya. Muncullah gambar seperti ini (pic.twitter.com/myk2yxLKDg). Jelas, siapa pun yang membuat gambar seperti ini bukan hanya melakukan pembelaan, tapi juga menunjukkan kebencian. Kebencian pada apa? Ya, pada jilbab. Karena sejak awal kasus Bu Susi ini tidak membicarakan jilbab. Tidak ada yang mengkritisi Bu Susi karena tidak berjilbab. Memang di Indonesia belum semua berjilbab, sudah pada maklum. Yang dikritisi adalah merokok di depan publik. Tapi isunya dibelokkan sedemikian rupa. Kemudian, digunakanlah imej Muslimah berjilbab yang kurang baik, yaitu Ratu Atut yang sedang terjerat kasus. Ini logika sesat. Membela pencuri ayam dengan mengatakan bahwa di kampung sebelah ada yang mencuri kambing.

Kemudian diambil ‘sepotong imej’ untuk merusak citra. Dalam hal ini, yang dirusak adalah citra muslimah berjilbab. Jilbab dihadapkan dengan rokok dan tato. Hanya dengan satu sampel. Itu kata kuncinya: SAMPEL! Sama saja dgn yang bilang “lebih baik nggak berjilbab tapi menjaga kehormatan drpd berjilbab tapi diam-diam bejat.”
Kombinasi 1: merokok, bertato, pekerja keras.
Kombinasi 2: berjilbab, tidak merokok, tidak bertato, tapi diduga korupsi.
Padahal masih banyak kombinasi yang lain. Apa koruptor yang merokok nggak ada? Apakah koruptor perempuan itu lebih banyak yang berjilbab atau tidak? Statistik nggak bisa cuma gunakan 1 sampel. Kalau bisa pakai 1 sampel, boleh dong saya bikin perbandingan begini? Ini contoh aja (pic.twitter.com/5wrpXNqdjB)

Isu lainnya yang hot: tentang pejabat publik yang kata-katanya kasar. Muncul jargon: “lebih baik memaki tapi tidak korupsi!” Inilah sekuler inlander. Akalnya rusak. Padahal majikan mereka di Barat nggak begitu mikirnya. Biarpun sekuler, nggak ada yang mengabaikan sopan santun. Pernah bayangin Obama bilang “A**hole!” (maaf ini cuma contoh) nggak? Kalo terjadi, pasti rakyat AS ngamuk. Padahal warga AS banyak yang sudah biasa mengucapkan kata itu. tapi tetap saja tidak layak bagi pemimpin. Coba lihat kenyataan di lapangan. orang Indonesia sudah tidak lagi terbiasa bicara santun. Di Twitter, ada kelompok-kelompok yang suka caci maki, bahkan kalau sudah mentok debat ujung-ujungnya kirim gambar porno. Di sekolah-sekolah, generasi muda sudah jadi korban bullying. Kekerasan fisik & verbal dimana2. OK, korupsi itu masalah besar. Tapi kekerasan fisik & verbal juga sudah jadi masalah besar di Indonesia.Jadi, kalau ada yang bilang pejabat nggak apa-apa maki-maki asal nggak korupsi, itu artinya dia nggak peduli negeri ini rusak.

Orang-orang sekuler inlander ini berusaha begitu keras untuk jadi sekuler sehingga mereka melampaui batas sekularisme itu sendiri. Sekularisme sudah mentok, dan orang-orang sekuler menyadarinya. tapi kaum sekuler inlander nggak peduli, semuanya ditabrak! Sebelum saya tutup, saya ingin jelaskan lagi bahwa persoalan Bu Susi hanya studi kasus di kultwit ini. Memang nyatanya hukum di negeri ini blm melarang rokok. Tapi ada standar perilaku untuk pejabat publik, meski tak tertulis. Kalau kita menggunakan akal sehat, pasti menyadari aturan-aturan tak tertulis tersebut. Baik yang sekuler maupun yang tidak. Saya tidak mengatakan bahwa Bu Susi harus mundur karena alasan tersebut. Bongkar-pasang kabinet belum tentu hal yang bagus. Saya juga tidak mempertanyakan kecerdasan Bu Susi. orang yang bisa mengelola maskapai nggak mungkin bodoh, kan? Saya hanya ingin katakan bahwa banyak ortu yang berharap anak-anak mereka bisa memiliki panutan yang baik. Itu saja. Tapi kalau sudah sekuler inlander, ya tidak ada lagi akal sehat. Nggak bisa diajak bicara baik-baik lagi.Apa pun dilakukan meski dgn pemikiran setengah matang; atau jangan-jangan nggak pake mikir dulu?  Semoga kita terhindar dari kejahilan yang demikian. Aamiin...
-----------------------------------------------------------------------------
Disadur (dengan beberapa suntingan) dari kicau Kang Akmal Sjafril (@malakmalakmal)
Sumber: http://chirpstory.com/li/236599?page=1

Mau Mendidik Murid jadi Beradab, apakah Sekolah Kita Sudah Beradab ? | Pendidikan | Psikologi | Entrepreneur bagian 2...

Sambungan kisah nyata dari (Nanti diakhir cerita saya sebutkan nama penulis yg mengalami kejadian ini) :D




Kesal dengan itu, akhirnya kepala sekolah mengunci pintu agar tak ada orang masuk.
Dalam obrolan, saya sempat bertanya, apa kelebihan sekolah ini?
Kepala sekolah terlihat berpikir keras selama beberapa menit sampai akhirnya menjawab," ini seperti toko serba ada, semua ada".

Dari jawaban itu saya baru faham, pantas saja satpam sekolah ini tak punya sense of excelent service, kepala sekolahnya saja tak bisa menjelaskan apa value preposition sekolahnya.
Kemegahan bangunan, serta berbagai prestasi yang telah diraih, rasanya menjadi tak ada apa-apanya. Bukan itu yagn membuat kita terkesan, melainkan atmosfir sekolah, hidden curricullum, culture.
Perjalanan kami lanjutkan ke sekolah Islam di tengah kampung. Bangunannya kecil sederhana. Pendiri sekolah ini seorang lulusan STM, tetapi mengabdikan separuh hidupnya untuk merumuskan dan menerapkan konsep sekolah kreatif yang dapat memanusiakan manusia.

Saat ditanya tentang sekolahnya, dengan lancar dia menjelaskan konsep sekolah kreatif yang memberikan porsi besar pada kreativitas anak dan guru.
Ruang kelas dibuat tanpa daun pintu. Hanya lubang lubang besar berbentuk kotak, lingkaran, bulan sabit, bintang. Sehingga ketika guru tidak menarik, siswa boleh keluar kapan saja. Tak ada seragam sekolah dan buku pelajaran.

Kami duduk di pelataran sekolah sambil menyaksikan keceriaan anak-anak yang tengah bermain. Selama kami duduk, ada tiga orang guru dalam waktu yang berbeda menghampiri menyambut kami dan bertanya, "ada yang bisa yang saya bantu?"
Saya menangkap semangat melayani para guru tersebut. Mereka ingin memastikan tak ada tamu yang tak dilayani dengan baik.
Saat mengamati anak-anak bermain, saya melihat ada seorang anak yang jatuh dan menangis. Saya menebak bahwa guru akan segera membantu. Tetapi tebakan saya salah, ternyata dua teman sekelasnya datang menghibur dan membantunya untuk berdiri dan memapahnya ke kelas. Saya cukup terkesan.

Di sekolah yang sederhana ini saya menangkap aura kebahagiaan dari siswa dan guru-gurunya. Saya tak perlu tahu kurikulum dan sistemnya, saya sudah bisa merasakannya. Konsep dan visi pendirinya, ternyata bukan hanya di kertas. Saya bisa melihat dalam praktik. Itulah hidden curricullum, culture.
Pada kesempatan lain rekan saya pernah juga terkesan oleh siswa sekolah internasiona yang kebanyakn siswanya berkebangsaan jepang. Saat itu rekan saya akan mengisi acara di depan siswa pukul 10 pagi. Pukul 09.39 aula masih kosong. Tak ada orang tak ada kursi.
Lima belas menit sebelum acara para siswa datang, mengambil kursi lipat dan meletakkannya dalam posisi barisan yang rapi. Seusai acara, setiap siswa kembali melipat kursi dan meletakkannya di tempat penyimpanan, hingga ruangan kembali kosong dan bersih seperti semula. Itulah culture.
Dari cerita di atas, saya semakin tidak tertarik pada prestasi apa yang diraih sekolah, semegah apa sebuah sekolah.
Saya lebih tertarik bagaimana budaya sekolah dibangun dan diterapkan?
Banyak sekolah yang menginvestasikan begitu banyak waktu dan pikiran untuk menyabet berbagai penghargaan. Tapi tak banyak yang serius membuat sekolah menjadi berharga dengan karakter dan budi pekerti.
Banyak guru dan pelatih didatangkan untuk memberikan pembinaan tambahan pada siswa agar dapat menang lomba. Tapi sedikit sekali pelatihan service excellence untuk satpam dan karyawan.
Dinding sekolah dipenuhi foto-foto siswa yang juara ini juara itu, tapi jarang sekali foto sesorang siswa dipajang karena dia melakukan sebuah kebaikan. Kehebatan lebih dihargai daripada kebaikan. Prestasi lebih berharga dari budi pekerti.

Kita harus segera mengubah sistem pendidikan kita yang masih berorientasi pada ta'lim (mengajarkan) menjadi ta'dib (penanaman adab). Dalam konsep compassionate school, tadib harus diterapkan secara menyeluruh (whole school approach) meliputi tiga area,
1. SDM yaitu guru, karyawan, orangtua, hingga satpam,
2.kurikulum, dan
3.iklim atau hidden curricullum.

Sebuah sekolah bukanlah pabrik yang melahirkan siswa-siswa pintar. Tapi sebuah lingkungan yang membuat semua unsur di dalamnya menjadi lebih ber-adab. Untuk mengukur apa kah sebuah sekolah sudah menjadi
compassionate school tak serumit standar ISO. Cobalah berinteraksi dengan satpam sekolah, amatilah bagaimana guru beriteraksi, siswa bersikap. Rasakan atmosfirnya.
Jika prestasi akademik bisa dilihat di selembar kertas, budi pekerti hanya bisa kita rasakan.

ditulis oleh
Irfan Amalee
17 Oct 2014 | 23:19


Semoga bermanfaat yaa.. salam sukses buat yang baca :D

Mau Mendidik Murid Menjadi Beradab, Apakah Sekolah Kita Sudah "Beradab" | Pendidikan | Psikologi | Entrepreneur Bagian 1

Ada kisah menarik dari Rekan saya, dari rekannya,dari rekannya, dari rekannya, entah siapa hahaha... (Nanti di akhir kisah saya tuliskan nama dari yang mengalami kisah ini) :D




Pertanyaan mendasar... "Apakah Sekolah Kita Sudah "Beradab"?

Setahun terakhir ini saya terlibat membantu program Teaching Respect for All UNESCO. Saya juga membantu sejumlah sekolah agar menjadi sekolah welas asih (compassionate school). Dua hal di atas membawa saya bertemu dengan sejumlah sekolah, pendidik, hingga aktivis revolusioner dalam menciptakan pendidikan alternatif.
Di benak saya ada satu pertanyaan: sudah se-compassionate apa sekolah kita?
Sejauh mana sekolah menumbuhkan sikap respect pada siswa dan guru, serta semua unsur di lingkungan sekolah?

Compassion (welas asih) dan respect (sikap hormat dan emphaty) adalah bagian dari adab (akhlak) maka pertanyaannya bisa sedikit diubah dan mungkin terdengar kasar: sudah seber-adab apakah sekolah kita?
Rekan saya melakukan sebuah experimen yang menarik. Dia berkunjung ke Sekolah Ciputra, sekolah millik pengusaha Ciputra yang menekankan pada karakter, leadeship dan entrepreneurship serta memberi penghargaan pada keragaman agama dan budaya.
Pada kunjungan pertama rekan saya itu datang dengan baju necis menggunakan mobil pribadi. Di depan gerbang, pak satpam langsung menyambut hangat, "Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?"

Rekan saya menjawab bahwa dia ingin bertemu dengan kepala sekolah, tetapi dia belum buat janji. Dengan sopan Pak Satpam berkata, "Baik, saya akan telepon pak kepala sekolah untuk memastikan apakah bisa ditemui. Bapak silakan duduk, mau minum kopi atau teh?"
Pelayanan yang begitu mengesankan!
Di waktu lain, rekan saya datang lagi, dengan penampilan yang berbeda. Baju kumal, dengan berjalan kaki. Satpam yang bertugas memberikan sambutan yang tak beda dengan sebelumnya, dipersilakan duduk dan diberi minuman.

Saat berjalan menuju ruang kepala sekolah, satpam mengantarkan sambil terus bercerita menjelaskan tentang sekolah, bangunan, serta cerita lain seolah dia adalah seorang tour guide yang betul menguasai medan.
Bertemu dengan kepala sekolah tak ada birokrasi rumit dan penuh suasana kehangatan. Padahal rekan saya itu bukan siapa-siapa, dan datang tanpa janjian sebelumnya.
Melatih satpam menjadi sigap dan waspada adalah hal biasa.
Tetapi menciptakan satpam dengan perangai mengesankan pastilah bukan kerja semalaman.
Pastilah sekolah ini punya komitmen besar untuk menerapkan karakter luhur bukan hanya di buku teks dan di kelas. Tapi semua wilayah sekolah, sehingga saat kita masuk ke gerbangnya, kita bisa merasakannya. Itulah hidden curricullum, culture.

Di kesempatan lain, saya bersama rekan saya itu berkunjung ke sebuah sekolah Islam yang lumayan elit di sebuah kota besar (saya tidak akan sebut namanya). Di halaman sekolah terpampang baliho besar bertuliskan, "The most innovative and creative elementary school" sebuah penghargaan dari media-media nasional.
Dinding-dinding sekolah dipenuhi foto-foto siswa yang menjuarai berbagai lomba. Ada dua lemari penuh dengan piala-piala. Pastilah sekolah ini sekolah luar biasa, gumam saya.

Kami berjalan menuju gerbang sekolah menemui satpam yang bertugas. Setelah kami mengutarakan tujuan kami bertemu kepala sekolah, satpam itu dengan posisi tetap duduk menunjuk posisi gerbang dengan hanya mengatakan satu kalimat, "lewat sana".
Kami masuk ke sekolah tersebut. Di tangga menuju ruangan kepala sekolah, ada seorang ibu yang bertugas menjadi front office menghadang kami dengan pertanyaan, "mau kemana?" dengan wajah tanpa senyum.

Saat tiba di ruangan kepala sekolah, kebetulan saat itu mereka sedang rapat maka kami harus menunggu sekitar 45 menit. Selama kami duduk, berseliweranlah guru, datang dan pergi tanpa ada ada yang menghampiri dan bertanya, " ada yang bisa saya bantu?"
Akhirnya kepala sekolah mempersilakan kami untuk masuk ke ruangannya. Baru ngobrol sebentar, tiba tiba seseorang di luar membuka pintu dan memasukkan kepalanya menanyakan sesuatu kepada kepala sekolah yang tengah mengobrol dengan kami.
Tak lama dari itu tiba-tiba seorang guru masuk lagi langsung minta tanda tangan tanpa peduli bahwa kami sedang mengobrol.

Bersambung... (semoga ga kecewa yaaa  :D)

Pilihlah Suami Yang Bertanggung Jawab, bukan Sekedar Perhatian Kalo lagi Pacaran | Psikologi | Pendidikan Anak | Kisah Kiki

Saya dapat share-an dari temen tentang kisah seorang anak perempuan bernama Kiki. Seorang kaka dengan 3 orang adik, dan seorang ibu, yang ditinggal ayahnya karena menikah lagi dengan tetangga sebelah. Dibaca sampai abis yaaa, biar ga penasaran arwahnya  :D :D :D





Dengarlah Kisah Kiki
Di tengah masyarakat yang bangga pada kebebasan semu, kehadiran Kiki, seorang remaja putri berusia 17thn bagaikan oase di padang pasir.

Takdir Allah siang itu mempertemukan saya & Kiki. Usai shalat dhuhur di masjid al-Azhar Bekasi, seorang remaja putri berjilbab mendekati saya.

"Ingin minta pendapat," katanya.

Namanya Kiki. Remaja putri kelas 2 SMK swasta di Kalimalang. Saat ini pikirannya sedang kalut. Bapak yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga, meninggalkan mereka begitu saja. Sudah 2thn bapaknya menikah lagi dengan tetangganya sendiri. Dan sejak itulah sang bapak tidak pernah menafkahi keluarga. Membiarkan Kiki, ibunya, serta empat orang adik.

"Kiki kecewa & marah sama bapak bun. Kok bapak tega ninggalin kami. Apalagi dengan tetangga sendiri. Jarak rumah kami hanya 20 rumah. Setiap Kiki keluar masuk, harus melalui rumah bapak yang baru. Tapi setiap Kiki lewat, pintu rumah bapak selalu tertutup. Kiki sering ke rumah bapak bawa adik-adik untuk sekedar minta uang sekolah & beli susu. Tapi bapak & istrinya ga pernah mau buka pintu. Kiki tau mereka ada di dalam rumah. Tapi mereka tetep diem aja."

Air mata Kiki mengalir deras. Tangis yang sejak tadi ditahannya akhirnya pecah.

Saya mengelus-ngelus tangan Kiki, "Sabar Ki... sabar... Kiki pasti kuat."

Sudah 2thn Kiki & ibunya bahu membahu membiayai kehidupan mereka. Ibu Kiki mencari uang dengan berjualan kue, nasi uduk & menerima strikaan di rumah.

"Tapi hasilnya ga seberapa bun. Kasian adik-adik Kiki yang masih kecil. Makanya Kiki jualan bros yang Kiki bikin sendiri. Kainnya Kiki dapet dari tukang jahit di sekitar rumah Kiki. Tiap pulang sekolah, Kiki ga mau pulang sebelum membawa uang. Sebenarnya setiap ke sekolah uang Kiki hanya cukup untuk berangkat. Pulangnya ga tau gimana. Tapi Kiki bertekad untuk tetap sekolah. Kiki percaya sama Allah. Allah pasti menolong Kiki. Kalau mau jualanpun Kiki tanya dulu sama Allah, ya Allah kemana saya harus jualan bros hari ini, tunjukkanlah ya Allah."

MasyaAllah... ya Allah... sampai disini rasanya saya yang ingin menangis. Sementara sebagian besar anak-anak sekarang berpikiran liberal, seorang Kiki justru sebaliknya. Ya Allah.... Allahuakbar....

"Hampir setiap minggu Kiki jualan di Istiqlal bun. Apalagi kalau ada pengajian akbar. Habis subuh Kiki sudah berangkat dari rumah. Tapi sampai disana biasanya Kiki ikut pengajian dulu, baru jualan. Sampe pernah Kiki ditanya sama pedagang lain,

loh neng dagang kok jam segini ? Udah kesiangan kali.

Trus kiki bilang gini bun, saya udah dateng dari pagi kok pak. Tapi saya ikut pengajian dulu.

Trus si bapak pedagang jawab, kalo kesiangan gimana mau dapet rejeki ?

InsyaAllah Allah sudah atur rejeki buat Kiki pak."

Allah... mata saya ga berkedip memandang Kiki. Sungguh saya betul-betul kagum.

"Tadi pagi selesai upacara, Kiki juga nanya dulu sama Allah bun. Ya Allah... hari ini Kiki jualan dimana ? Tiba-tiba angkot M26 lewat. Langsung Kiki mikir, ah naik aja deh, Kiki mau ke masjid al-Azhar aja. Alhamdulillah Kiki bisa ketemu bunda & bisa curhat dengan bunda."

Ya Allah... Kiki... saya yang bersyukur bisa ketemu kamu nak. Kehadiranmu betul-betul bagaikan oase.

Disaat banyak remaja berpakaian terbuka, kamu malah sebaliknya. Dengan kesadaran sendiri kamu memutuskan untuk berhijab. Malah kamu memutuskan untuk memakai dua hijab agar tidak menerawang. Allahuakbar Kiki....

Sementara banyak remaja malas-malasan sekolah, sibuk pacaran, pergaulan bebas, tapi kamu bisa bertahan untuk tidak terjerumus.

Walau umurmu baru 17thn, jalan hidupmu mampu menginspirasi banyak orang. Termasuk bunda.

Kiki datang pada saya bukan untuk mengemis. Bukan untuk meminta biaya hidup ataupun sekolah. Kiki datang "hanya" untuk curhat. Karena ia tak sanggup jika curhat pada ibunya. Ia tak sanggup untuk menangis di hadapan ibunya.

Kiki... semoga kamu menjadi wanita solehah, selamat dunia akhirat, bermanfaat bagi agama & masyarakat. Semoga kamu bisa seperti Khadijah, pengusaha muslimah yang luar biasa.

Terimakasih telah berbagi cerita dengan bunda.

Bunda Suci
Gerakan Peduli Remaja
28 Okt 2014

Semoga bermanfaat

Selasa, 28 Oktober 2014

Jangan Mimpi kalo Mau Semulia Aisyah Klo Blum bisa Begini....

Baru aja sampai rumah (23.30 Wib) ngobrol dg rekan2 mantan Sebuah sekolah Alam... Membicarakan Status seorang guru sekolahalamers juga... Jadi keinget cerita ini..



"Tak bolehkah kita semulia Aisyah ?
Padang pasir itu begitu panas. Membuat Al A’masyi yang menemani Harun Ar Rasyid pergi berburu menjadi sangat kehausan. Menteri itu pun menoleh ke kanan dan ke kiri, barangkali ada orang yang bisa memberinya air.
Pandangan Al Ma’masyi berhenti pada sebuah kemah. Ya, ada kemah di padang pasir ini. Ia pun bergegas ke sana. Ternyata kemah itu dihuni oleh seorang wanita cantik yang mempesona.
Melihat ada tamu yang datang, wanita itu mempersilakannya untuk duduk agak jauh darinya.
“Aku Al A’masyi, menterinya Harun Ar Rasyid. Bolehkah aku minta air?” kata Al A’masyi memberitahukan keperluannya.

“Maaf, suamiku melarangku memberikan air kepada orang lain,” jawab wanita itu membuat Al A’masyi yang tadinya berharap segera terbebas dari kehausan merasa harus menahan sabar. Muncul pertanyaan dalam dirinya, mengapa suami wanita ini melarangnya menolong orang lain.
“Tapi aku punya jatah makan pagi, berupa susu yang belum kuminum. Ambillah untukmu.” Lanjut wanita itu. Al A’masyi bersyukur sekaligus kagum dengan kemuliaan wanita tersebut.
Tak berselang lama, wajah wanita itu tampak berubah. Rupanya ada sebuah titik hitam mendekat. Makin lama makin tampak, seorang laki-laki di atas untanya berjalan ke arah kemah itu.
“Itu suamiku” kata wanita tersebut sambil bergegas menghampiri suaminya. Ia membantu lelaki tua, hitam dan jelek itu turun dari ontanya, serta mencuci tangan dan kakinya. Laki-laki itu kemudian masuk ke dalam kemah tanpa mempedulikan dan menyapa Al A’masyi. Dari dalam kemah, terdengar laki-laki itu berkata buruk kepada istrinya.

“Aku kasihan kepadamu,” kata Al A’masyi kepada wanita itu, sebelum ia berpamitan. “Engkau ini masih muda, cantik, berakhlak mulia, tetapi bergantung kepada suami tua, hitam dan buruk akhlaknya. Mengapa kamu bergantung kepadanya? Apakah karena hartanya? Padahal ia miskin. Apakah karena ketampanannya? Padahal ia hitam dan jelek. Apakah karena akhlaknya? Padahal akhlaknya buruk”

“Aku justru kasihan kepadamu wahai Al A’masyi” jawab wanita itu dengan tegas. “Bagaimana mungkin Harun Ar Rasyid punya menteri yang berusaha menjauhkan seorang muslimah dari suaminya. Ketahuilah, iman itu separuhnya adalah syukur dan separuhnya adalah sabar. Aku bersyukur karena Allah membimbingku dengan Islam dan memberiku kecantikan. Dan kini aku belajar bersabar dengan suami seperti yang engkau sebutkan.”

Al A’masyi tak bisa berkata apa-apa lagi. Sungguh mengagumkan wanita itu. Allah telah memuliakan akhlaknya sebagaimana Dia telah mempercantik wajahnya.

Sebagaimana keseluruhan hidup ini, pernikahan pun ujian. Istri atau suami yang telah menikah dengan kita, kadang kita dapati tidak sesuai dengan mimpi-mimpi indah kita. Allah telah memberikan banyak contoh. Ada pasangan ideal seperti Adam dan Hawa, Ibrahim dan Sarah, atau Muhammad dan Khadijah. Namun Allah juga memberikan contoh sejarah, ada Nuh dan istrinya. Ada Fir’aun dan istrinya.

Sungguh membahagiakan jika suami dan istri kita adalah sosok ideal yang kita harapkan. Tetapi jika kita telah menikah dan suami atau istri kita tak seideal yang kita harapkan, kebahagiaan itu ada pada sikap kita. Ada nasehat bijak mengatakan, jika suami kita tak seburuk Fir’aun, tidak bolehkah kita menjadi perempuan semulia Asiyah.?

Semoga bermanfaat yaa,,

Senin, 27 Oktober 2014

Asiknya Rame-Rame...

Walopun ngpostnya jam 07:10 WIB, tapi ini didapat dari renungan subuh oleh seorang Ustad
:D



"Renungan Subuh...
Kalian tahu kenapa hujan itu menyenangkan?
Karena turunnya rame2
Pasti garing kalau hujan itu turunnya hanya satu tetes
Lantas satu tetes lagi, dan seterusnya.
Kalian tahu kenapa nasi itu lezat dan mengenyangkan?
Karena dihidangkan rame2
Pasti bengong kalau hanya satu butir saja di atas piring.
Ini mau makan apa?
Kalian tahu gigi itu berguna?
Karena rame2 berbaris rapi
Pasti ompong nyebutnya kalau cuma satu
Tidak bisa buat mengunyah. Cuma bisa buat tersenyum melihatnya.
Sungguh,
Di dunia ini sesuatu yang positif selalu spesial saat rame2 dilakukan
Shalat jamaah, rame2 tentu lebih afdol
Tilawah rame2 tentu lebih istiqomah
Gotong royong, rame2 tentu lebih oke
Belajar, rame2 saling bantu lebih banyak yang dipelajari
Bekerja, rame2 saling tolong lebih cepat selesai.
Itulah gunanya teman2 terbaik
Teman2 yang saling menasehati dan mengingatkan
Rame2 menjadi selalu lebih seru.
Kalian tahu kenapa keyboard laptop atau HP harus lengkap?
Karena hilang satu saja, rasanya tidak utuh lagi.
Begitulah pertemanan yang baik
Hilang satu, terasa kosong semuanya.
Rame2 selalu lebih menyenangkan..
Tetap berada dalam jama'ah itu lebih baik, daripada sendirian"
~ Ustd. Kholid Syamhudi ~

dishare yaaa

Tidur dengan Lampu Nyala Bikin Penyakitan ???



ada share-an menarik dari rekan saya di FB, sebenarnya sudah pernah membaca beberapa artikel mengapa harus mematikan lamput saat mau tidur.
Tapi karena ceritanya lagi pengen nulis, maka baru sempat kepikiran lagi mau nyampeikan ini. Untung ada FB, jadi ketemu ginian, ngingetin deh  :D



KENAPA RASULULLAH MENYURUH MEMATIKAN LAMPU KETIKA HENDAK TIDUR ?

"Padamkanlah lampu di malam hari apabila kamu akan tidur, tutuplah pintu, tutuplah rapat-rapat bejana-bejana dan tutuplah makanan dan minuman" (HR.Muttafaq'alaih).
Rasulullah mensabdakan itu lebih dari 14 abad yang lalu. Ternyata, di abad modern ini baru diketahui manfaat medis dari tuntunan Rasulullah untuk memadamkan lampu ketika hendak tidur.

Ahli biologi Joan Robert mengungkapkan bahwa tubuh baru bisa memproduksi hormon melatonin ketika tidak ada cahaya. Hormon melatonin ini adalah salah satu hormon kekebalan tubuh yang mampu memerangi dan mencegah berbagai penyakit, termasuk kanker payudara dan kanker prostat. Orang yang tidur dalam kondisi gelap, maka tubuhnya bisa memproduksi hormon ini.
Sebaliknya, tidur dengan lampu menyala di malam hari, sekecil apapun sinarnya menyebabkan produksi hormon melatonin terhenti..

Pentingnya tidur di malam hari dengan mematikan lampu juga diteliti oleh para ilmuwan dari Inggris. Peneliti menemukan bahwa ketika cahaya dihidupkan pada malam hari, bisa memicu ekpresi berlebihan dari sel-sel yang dikaitkan dengan pembentukan sel kanker.
Sebuah konferensi tentang anak penderita leukimia yang diadakan di London juga menyatakan bahwa orang bisa menderita kanker akibat terlalu lama memakai lampu waktu tidur di malam hari dibandingkan dengan yang tidak pernah memakai lampu waktu tidur.
Subhanallah... demikian luar biasa tuntunan Rasulullah. Setelah berabad-abad, hikmah medisnya baru terugkap. Wallahu a’lam bish shawab.
Sebarkan ini wahai saudaraku agar saudara kita yang lain mengetahuinya

anonim (bisa disearch di google artikel2 terkait  :D )

Pendidikan Formal Akademisi tidak menjamin prestasi ? Namun BerPrestasi Bisa Lebih Menjamin seseorang Sangat Pakar dibidang Tertentu...

Sebaiknya kita tidak mengkotak-kotakkan sesorang dari gelar atau level pendidikan formal. Ilmu bisa didapat di mana saja. Orang-orang yang tidak berlatar belakang pendidikan formal pun sudah banyak yang berkarya hebat bahkan hingga level dunia. Di sisi lain tidak sedikit orang yang bergelar tapi gagal dalam memimpin, minim karya, bahkan menghancurkan reputasinya sendiri.

Gelar akademik sejatinya bukanlah untuk dibanggakan, tapi ia adalah pertanggungjawaban. Sama halnya dengan ibadah haji, bukan sekedar pemberi kebanggaan dengan penambahan huruf H di depan namanya, atau sekedar ingin dipanggil pak Haji. Tapi hal itu adalah pertanggungjawaban apakah hajinya mabrur atau tidak. Maka gelar akademik pun sesungguhnya adalah pertanggungjawaban atas kapasitas keilmuan dan karyanya yang mengiringi.
- Berlatar belakang pendidikan formal + gelar & berprestasi = wajar
- Tidak berlatar belakang pendidikan formal, tidak bergelar, tapi berprestasi = hebat
- Berlatar belakang pendidikan formal + gelar, tidak berprestasi = disayangkan
- Tidak berlatar belakang pendidikan formal, tidak bergelar, tidak berprestasi = dimaklumi

Namun, saya tetap mengapresiasi setinggi-tingginya kepada para akademisi yang meraih gelar atas jerih payah yang penuh perjuangan dan pengorbanan. Akan lebih lengkap jika gelar tersebut selaras dengan serentetan karya & prestasi yang fenomenal. Alhamdulillah saya banyak menemukan beliau-beliau yang seperti ini, termasuk para guru saya (Salam hormat dulu  )
Terkait dengan pengangkatan atau pemilihan pemimpin dan pejabat negara, jika dihadapkan pilihan seperti ini:
1. Pemimpin yang hanya lulusan sekolah dasar atau menengah tapi kaya akan prestasi, karya & kontribusi.
2. Pemimpin dengan gelar mentereng tapi minim sekali prestasi, karya & kontribusi.
Tentu saya akan pilih nomor 1. Menurut saya gelar hanya citra di awal. Pada akhirnya orang akan melihat apa yang telah kita lakukan, amal terbaik apa yang telah kita kontribusikan.
Namun di atas itu semua, saya akan lebih memilih pilihan no.3 ini jika ada:
3. Pemimpin yang memiliki track record baik dalam hal prestasi, moral dan spiritual, seperti berakhlak baik, bersih (tidak cacat hukum), jujur, adil, amanah, tanggungjawab, dan taat beragama.
Kenapa taat beragama? Ya, bagaimana mungkin kita menyerahkan amanah rakyat kepada pemimpin yang tidak taat beragama? Kepada Tuhannya saja dia berani berkhianat, apalagi kepada rakyatnya sendiri.

By Roni Akmal

Sabtu, 25 Oktober 2014

Bagi Anda yg Sudah Menikah, ini Tips agar Cinta Anda Tetap Membara/Menggebu dan Membahagiakan :D

Berikut  alur dalam merayakan cinta berdasar QS Ar Ruum 21 :



1. Min anfusikum
Artinya, hal pertama yg dibicarakan al quran tentang pernikahan 2 manusia adalah kesejiwaan. Kodenya adl komitmen kepada Allah dan agamanya






2. Azwaajan (pasangan hidup).
Kaidah pernikahan adalah "jadikan org disamping anda menjadi orang hebat dan pilihan yg tepat."






3. Litaskunu ilaiha (supaya kalian tentram/tenang padanya)
Sakinah itu adalah tentram karena gejolak syahwat telah menemukan saluran halal dan thayyib, serta telah ada sahabat lekat yang siap mendukung perjuangan pasangannya.






4. Wa ja'ala bainakum mawaddatan (pengupayaan untuk mawaddah).
Mawaddah adalah cinta yang erotis-romantis. Bentuknya bisa ekspresi yang paling bathin sampai paling dhohir, dari yang sifatnya emosional hingga seksual... :D





5. Wa (ja'ala bainakum) rahmatan atau Rahmah. Mawaddah dan rahmah jg bermakna cinta.
Namun rahmah adalah sebuah cinta tak terhingga sepanjang masa. Cinta yg memberi (bukan meminta), cinta yg Berkorban (bukan menuntut), cinta yg berinisiatif (bukan menunggu), Cinta yg bersedia (bukan berharap harap)

Jumat, 24 Oktober 2014

Hari gini blum Move On ? n____n



Di momen tahun baru ini, saya coba merenung tentang sebagian hakikat hijrah. Bisa benar-bisa salah. Mohon dikoreksi ya kalau salah
Hasil perenungan saya menyimpulkan bahwa ketidaksiapan kita untuk melakukan perubahan khususnya perubahan ke arah kebaikan, atau sekedar mengurangi kebiasaan buruk dan memperbanyak kebiasaan baik, sadar atau tidak kadang disebabkan karena kita merasa nyaman dengan keburukan yang kita jalani. Bahkan dalam presepsi kita mungkin sudah terbentuk bahwa keburukan yang kita jalani bukanlah suatu keburukan, karena kita sudah menjalaninya dalam waktu yang lama, dan keburukan tersebut juga dilakukan oleh kebanyakan orang.
Bukankah suatu keburukan jika dilakukan berulang-ulang oleh banyak orang termasuk kita akhirnya akan dengan sendirinya membentuk presepsi kita bahwa itu adalah hal yang biasa? bahkan mungkin kita sampai menganggap baik keburukan yang kita lakukan. Inilah salah satu target ghozul fikri (perang pemikiran) yang terus secara sengaja diciptakan para sekularis maupun liberalis untuk menjauhkan kita dari nilai-nilai Islam, membuat kita memandang baik keburukan yang kita lakukan.
Ini yang kadang membuat kita sulit berhijrah dari kebiasaan buruk menuju kebiasaan baik. Sulit untuk berubah menjadi lebih baik lagi, walaupun sebenarnya ada keinginan untuk berubah, tapi seolah ada sesuatu yang menahan kita untuk melakukan perubahan tersebut.
Akhirnya saya coba cari-cari ayat tentang hijrah. Ada 27 ayat (mungkin lebih) yang membicarakan tentang hijrah.
Dan ternyata... WOW!
Allah SWT memberikan ganjaran yang sangat dahsyat kepada siapa pun yang berhijrah mulai dari ganjaran mendapatkan ridha Allah, rahmatNya, ampunanNya, kemenangan, pertolonganNya, tempat yang bagus & luas, pahala, rezeki yang melimpah, hingga syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Subhanallah!
Berikut saya list beberapa di antara ayat hijrah yang saya temui. Semoga dengan ini membuat kita semakin semangat untuk berhijrah dan memperbaiki diri. Silakan di share ya
Selamat Tahun Baru 1 Muharram 1436 Hijriyah
Selamat berhijrah, selamat menjadi pribadi yang lebih baik lagi
***************
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Al-Baqarah: 218)
"Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rizki yang banyak" (An-Nisaa : 100)
"Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik." (Ali Imran: 195)
"Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka di bunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezki." (Al Hajj: 58)
"Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui." (An Nahl: 41)
"Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad (berjuang bersungguh-sungguh) di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padaNya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal" (At Taubah: 20-21)
"Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur." (Al Anfaal: 26)
"Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar; sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (An Nahl: 110)
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi" (Al Anfaal: 72)
"Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia." (Al Anfaal: 74)
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar." (At Taubah: 100)

dari Roni Akmal

Kamis, 23 Oktober 2014

Bu Guruku Pandai Sekali | Psikologi Anak | Pendidikan Anak



Ada kutipan bagus lagi nie, panjang juga tapi semoga mau disimak. Sudah lama sie, tapi baru lewat dan kepikiran buat dipajang lagi  n___n


Semoga yg membaca sampai selesai mendapat keberkahan dan rejeki berlimpah, amin..

"Bismillahirrahmaanirrahim..
Beginilah musuh islam

Ibu Guru berkerudung rapi tampak bersemangat di depan kelas sedang mendidik murid-muridnya dalam pendidikan Syari’at Islam.
Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Ibu Guru
berkata, “Saya punya permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah “Kapur!”, jika saya angkat penghapus ini, maka
berserulah “Penghapus!”. Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Ibu Guru mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya, kian lama kian
cepat. Beberapa saat kemudian sang guru
kembali berkata, “Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur,maka berserulah “Penghapus!”, jika
saya angkat penghapus,maka katakanlah “Kapur!”. Dan permainan diulang kembali. Maka pada mulanya murid-murid itu keliru dan kikuk,dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak
lagi kikuk. Selang beberapa saat,permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid muridnya. “Anak-anak, begitulah ummat Islam.
Awalnya kalian jelas dapat membedakan yang haq itu haq, yang
bathil itu bathil. Namun kemudian,musuh musuh ummat Islam berupaya melalui berbagai cara,
untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar
bagi kalian menerima hal tersebut, tetapi karena terus disosialisasikan
dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian
mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan
etika.” “Keluar berduaan, berkasih-
kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang
lumrah, sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trend,materialistik kini menjadi suatu gaya
hidup, korupsi menjadi kebanggaan dan lain lain. Semuanya sudah
terbalik. Dan tanpa disadari, kalian sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?” tanya Guru kepada murid-
muridnya. “Paham Bu Guru”.
“Baik permainan kedua,” Ibu Guru melanjutkan. “Bu Guru ada Al Qur’an, Bu Guru akan meletakkannya di
tengah karpet. Quran itu “dijaga” sekelilingnya oleh ummat yang
dimisalkan karpet.Sekarang anak-anak berdiri di luar karpet.
Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur’an yang ada di tengah dan ditukar dengan buku
lain, tanpa memijak karpet?” Murid-
muridnya berpikir. Ada yang mencoba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain, tetapi tak ada yang
berhasil..Akhirnya Sang Guru memberikan
jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur’an ditukarnya dengan buku filsafat materialisme. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet.
“Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-
mijak kalian dengan terang-terangan.Karena tentu kalian akan menolaknya
mentah-mentah. Orang biasapun tak
akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tetapi mereka
akan menggulung kalian perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar.
Jika seseorang ingin
membuat rumah yang kuat, maka dibina fondasi yang kuat.Begitulah ummat Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat.
Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau fondasinya dahulu. Lebih mudah hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dahulu,
kursi dipindahkan dahulu, lemari dikeluarkan dahulu satu persatu, baru rumah dihancurkan…”
“Begitulah musuh-musuh Islam
menghancurkan kalian. Mereka tidak akan menghantam terang-terangan, tetapi ia akan perlahan-lahan
meletihkan kalian. Mulai dari perangai, cara hidup, pakaian dan
lain-lain, sehingga meskipun kalian itu Muslim, tetapi kalian telah meninggalkan Syari’at Islam sedikit
demi sedikit. Dan itulah yang mereka
inginkan.”
“Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Bu Guru?” tanya mereka. Sesungguhnya dahulu
mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar,dan lain-lain. Tetapi sekarang tidak
lagi. Begitulah ummat Islam. Kalau diserang perlahan-lahan, mereka
tidak akan sadar,akhirnya hancur. Tetapi kalau diserang serentak terang-terangan, baru
mereka akan sadar, lalu mereka bangkit serentak.
Selesailah pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdo’a dahulu sebelum pulang…”
Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran
masing-masing di kepalanya. ***
Ini semua adalah fenomena Ghazwu
Fikri (perang pemikiran). Dan inilah
yang dijalankan oleh musuh-musuh Islam. Allah berfirman dalam surat At Taubah yang artinya:
“Mereka hendak memadamkan cahaya
Allah dengan mulut-mulut mereka, sedang Allah tidak mau selain
menyempurnakan cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir itu benci akan hal itu.”(QS. At Taubah :32).
Musuh-musuh Islam berupaya dengan kata-kata yang membius
ummat Islam untuk merusak aqidah
ummat umumnya,khususnya generasi muda Muslim. Kata-kata membius itu disuntikkan sedikit demi sedikit melalui mas media, grafika
dan elektronika, tulisan-tulisan dan
talk show, hingga tak terasa. Begitulah sikap musuh-musuh Islam.
Lalu, bagaimana sikap kita…? Semoga kita bisa terhindar dari tipu
daya dunia yang menyebabkan kita
malah jauh dari Pemilik Dunia
(Allah ).
Ya Allah lindungi kami, dan bimbing kami agar kami selalu
berada di jalan-Mu..Aamiin ya Rabbal'alaamiin
Via Ust Kholid Syamhudi

Sekian..

Tetap Berpenghasilan atau Penghasilan Tetap ?



Penghasilan ga tetap ga masalah menurut saya..
yang penting bisa bayar pengeluaran tetap utk pengeluaran nabung, invest rumah baru, pengeluaran asuransi kesehatan, asuransi pendidikan anak, asuransi jiwa, asuransi kebakaran, belanja RT, belanja Istri, jalan2 keluarga, jajan anak2, bayar listrik, air, telpon, dan pengeluaran2 yang lainnya...  :D


dikutip sedikit dari mas Safir Senduk

Ketika Kekuatan Visi (Niat dan Doa), Kerja Keras, Kesungguhan dipadukan, maka Kesuksesan tinggal Menunggu Waktu



Ada kisah menarik nie dari seorang trainer muda. Walopun kisah ini sudah lama namun disampaikan dalam bahasa yg lebih modern kekinian..



Cekidot yaa bunda-bunda dan ayah-ayah... yg jomblo-jomblo juga deh :D

Ini kisah tentang perang Khandak, ketika jumlah kaum muslimin hanya 1000 pasukan, dihadapkan dengan pasukan pasukan koalisi multinasional, pasukan gabungan antara Quraisy Mekkah & Bangsa Yahudi dengan total 10.000 pasukan + 600 ekor kuda.
Secara matematis jelas pasukan muslimin tidak akan mampu mengalahkan pasukan koalisi, terlebih armada perang mereka yang terbatas. Namun saat itu Rasulullah malah bersabda:
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (H.R. Ahmad).
Sebuah pemandangan menakjubkan, di mana ketika kaum muslimin dihadapkan dengan kecemasan yang luar biasa akan ancaman yang begitu besar dari Pasukan Koalisi, Rasulullah malah menghadirkan ketenangan di hati para sahabatnya dengan menyampaikan hadits penaklukan 1 peradaban terbesar di dunia saat itu. Jika membayangkan kondisi umat Islam yang masih lemah ketika itu, kebanyakan orang tentu akan bilang "Muhammad Gila".
Pada tahun 1453, kurang lebih 7 abad setelah Rasul wafat, seorang pemuda bernama Muhammad al-Fatih memimpin penaklukan Konstantinopel, Ibu Kota Romawi Timur, hingga akhirnya meruntuhkan kekaisaran Romawi Timur. Beliau pun meraih takdirnya sebagai sebaik-sebaiknya pemimpin dan pasukannya adalah sebaik-baiknya pasukan sebagai mana yang disebutkan Rasulullah dalam hadits di atas.
Dari kisah ini Rasulullah mengajarkan kita tentang kekuatan visi, membangun cita-cita, membangun impian. sesulit apapun kondisi kita, jangan pernah berhenti untuk bercita-cita dan bermimpi. Karena kekuatan visi inilah, walaupun Rasulullah telah wafat, visinya tak lekang ditelan zaman.
Sedangkan Muhammad al-Fatih mengajarkan kita untuk meyakini segala apa yang dikatakan Rasulullah. Rasulullah memiliki sifat Siddiq, maka apa yang beliau katakan pastilah sebuah kebenaran. Keyakinan akan kebenaran Rasulullah membuat Muhammad al-Fatih terus berjuang dengan segenap jiwa dan raganya mewujudkan visi Rasulullah yang tertunda selama 7 abad lamanya. Hanya kesungguhan dan waktu yang menentukan kapan visi tersebut terwujud, dan Muhammad al-Fatih telah membuktikannya.
*********
Tidak ada cita-cita atau mimpi yang tidak masuk akal. Kita hanya perlu menakar berapa kekuatan yang mesti dihimpun dan kapan target realisasinya, setelah itu, fokuslah berjuang sekuat tenaga mewujudkannya.


oleh Roni Akmal

Selasa, 21 Oktober 2014

Bunda Didiklah Anak-anak Kalian | Psikologi | Tumbuh Kembang | Pendidikan Usia Dini Bagian 4

Ini sambungan dari bagian 3 yaa...
boleh disimak... ga disimak minimal dibaca  :D




"Di salah satu sekolah dasar, seorang guru bertanya kepada para muridnya yang masih belia tentang cita-cita mereka kelak ketika sudah dewasa.
Semua murid menjawab pertanyaan sang guru:
"Dokter"
"Pilot"
"Polisi"
Jawaban para murid semuanya seputar profesi tersebut.
Hanya ada satu anak yang jawabannya begitu berbeda. Lain dari yang lain. Para murid yang lain menertawakan jawabannya yang terdengar aneh.
Apakah anda mengetahui cita-cita anak tersebut?
Marilah mendengar jawaban dari lisannya yang begitu sederhana:
"Aku pribadi begitu ingin menjadi sahabat (sahabat nabi -ed)"
Begitu kaget sang guru mendengar jawaban ini sambil menuturkan:
"Sahabat? (Bukan itu yang kumaksud)"
Murid itu pun menjawab dengan begitu polosnya:
"Mama setiap hari, sebelum aku bobo, mengisahkan aku kisah-kisah gemilang para sahabat. Mereka itu mencintai Allah (dan Allah pun mencintai mereka). Demikian pula yang diajarkan papa."
Sang guru pun terdiam.
Di balik cita-cita anak tersebut terdapat sosok ayah dan bunda yang hati dan jiwanya berlapis dahsyatnya iman maka jadilah cita-cita yang mereka damba adalah cita-cita yang melesat jauh meninggalkan hinanya dunia.
Sang ibu adalah wanita yang jiwanya jelita dengan ilmu syar'i hingga jadilah ia pelopor perkembangan sang anak. Ia ajarkan anaknya untuk mencintai para sahabat nabi yang merupakan salah satu pondasi aqidah ahlussunnah wal jama'ah.
Inilah warisan para salaf. Mereka saling mewariskan cinta yang menyurga, mencintai sosok yang dijamin surga oleh Allah. Para salaf mengajarkan anak-anak mereka mencintai Abu Bakr, Umar, 'Ali, Usman dan lainnya sebagaimana mereka mengajarkan anak-anak mereka al-Qur-an.
Imam malik bertutur:
كان السلف يعلمون أولادهم حب أبي بكر و عمر كما يعلمون السورة من القرآن
“Dahulu para salaf mengajarkan anak-anak mereka mencintai Abu Bakr dan Umar sebagaimana mengajarkan surat dalam Al-Qur-an.” (Syarah Ushul I’tiqad Ahlussunnah, Juz 7 hal. 1240)
Kedua orang tua tadi begitu paham bahwa mereka adalah pemegang kekuasaan di rumah sehingga mampu mengambil keputusan tentang hal terbaik yang akan diberikan untuk anaknya.
Dan ini sebagai tanggung jawab terhadap pendidikan akidah di surga mini mereka. Mereka berhasil menularkan akidah cinta yang terarah bahwa para sahabat Nabi adalah sosok yang wajib dicintai.
"Sungguh, aku ingin menjadi sahabat Nabi, bukan Drupadi."
____
Kebun Nanas, Jakarta Timur, Dzulhijjah 1435 H.
Penyusun: Fachriy Aboe Syazwiena

Semoga bermanfaat n___n

Bunda Didiklah Anak-anak Kalian | Psikologi | Tumbuh Kembang | Pendidikan Usia Dini Bagian 3

Ini bagus untuk perenungan bunda-bunda di rumah yg sedang mendirikan peradaban, mudah2an bisa diaplikasikan





" Aku Ingin Jadi Sahabat Nabi, bukan Drupadi
Sekelompok gadis muslim sedang berpose dengan salah seorang tokoh/artis pemeran antagonis dalam Mahabarata.
Seorang ibu berjilbab begitu tersanjung dan sangat senang berpose dengan salah satu tokoh dalam serial Mahabarata.
Seorang ibu berjilbab lainnya begitu setia menyaksikan arakan para pemain Mahabarata yang sedang berkunjung ke Indonesia. Wajahnya terlihat bahagia dan tersenyum spesial setelah melihat para aktor tercinta yang dianggap tampan dan berpostur itu. Dahaga terhadap kerinduan dengan tokoh idola yang selama ini hanya terbatas dilihatnya di layar kaca kini terbayar sudah setelah menatap langsung.
Tokoh Krisna kecil yang sedang memainkan seruling dan sedang mengangkat gunung dengan satu jari telah menjadi potret menawan bagi seorang anak kecil. Si anak menganggap bahwa Krisna adalah malaikat yang menjaga bumi dari kejahatan. Dia begitu ingin menjadi sosok seperti Krisna yang memiliki kekuatan tertentu.
Seorang teman memberikan komentar di status FB kami bahwa keponakannya begitu hafal dengan tokoh-tokoh Mahabarata dan yang semisalnya. Bahkan katanya ada anak berusia 3 tahun begitu ingin disamakan dengan tokoh Krisna. Dan kakaknya yang berumur 5 tahun ingin disamakan dengan tokoh Drupadi, seorang wanita cantik yang merupakan istri para Pandawa dan dianggap lambang wanita yang tegas namun berjiwa lembut.
Rasanya, anak-anak telah berhasil dicekoki dengan sebuah kisah kufur pengikis akidah yang dimainkan oleh orang-orang musyrik di India sana. Mereka telah sukses menyeret pikiran anak-anak menuju dunia hayal yang berkubang kesyirikan. Dengan hanya sekadar duduk di hadapan televisi, mereka dibuat terbius oleh oleh racun akidah tersebut.
Begitu kasihan anak-anak polos yang masih begitu belia. Mereka terbayang kekuatan-kekuatan supranatural yang bersifat fiktif dan berpusat di kerajaan langit yang dihuni dewa-dewi dan para keturunannya yang melalang buana di bumi."
***

Bersambung

Mau Tau akun Twitter atau FB orang yang benar2 baik dan orang yang masih ragu2 dalam kebaikan ? Ini Tipsnyaa n___n

akun fb dan twitter orang2 yg benar2 baik dan yg mungkin ragu2 dalam kebaikan  :D
Selamat mencoba

siapa yang ngetwit dan jenis twit ternyata dipengaruhi waktu | subuh-subuh begini akun liberal yang kasar-kasar nggak ada, artinya? 


kalau di masa subuh ini, twit yang ada di tab mentions baik-baik | pada ingatkan shalat, pada ingatkan Allah  alhamdulillah..

jadi mau liat mana akun bayaran, mana akun asli | salah satu indikasinya ya di subuh hari ini 

hati-hati yang bersih tak bosan dengan ibadah | sementara maksiat diri membuat malas ibadah

hati-hati bersih kentara baginya dosa walau kecil | namun hati yang kotor menganggap remeh dosa besar

dikutip dari mas Felix Siauw

Jodoh oh Jodoh | Jomblo oh Jomblo

Jemputlah jodohmu dengan cara yang baik, benar lagi halal  :D

Jika jodoh adalah bagian dari rizqi  | Tiada tertukar dan tiada salah tanggal
| Tetapi rasa kebersamaan, akan ditentukan oleh bagaimana adab dalam mengambilnya
| Bagi mereka yg menjaga kesucian, terkaruniakanlah keberkahan |
 Bagi mereka yg mencemarinya dg hal hal yg mendekati zina dan kemaksiatan, ada kenikmatan yg kan hilang meski pintu taubat masih dibuka lapang-lapang
| Sebab amat beda , yg dihulurkan penuh keridhaan |
dibanding yg dilemparkan penuh kemurkaan.


( kutipan salim a. Fillah)

Kamis, 16 Oktober 2014

Oooh, Ternyata Riset Membuktikan

Sharing bagus nie dari temen





:" Riset Ilmiah membuktikan
" Hidup seperti pertandingan bola " Babak Pertama (masa muda) Menanjak karena Pengetahuan, Kekuasaan, Jabatan, Usaha Bisnis, Salary dsb.
"Babak kedua (masa tua) menurun "Karena Darah Tinggi, Trigliserid, Gula Darah, Asam Urat, kolestrol.... dsb
Waspada dari Awal hingga Akhir, Kita harus Menang 2 Babak !!
Tidak Sakit Juga Harus Check Up.
Tidak Haus juga harus Minum.
Galau juga Harus Cari Solusi.
Benar Juga Harus Mengalah.
Powerfull juga Perlu Merendah.
Tidak Cape' pun Perlu Rehat.
Tidak kaya pun Perlu Bersyukur.
Sesibuk Apa pun Juga Perlu Olahraga.
Sadarlah, hidup itu Pendek, pasti ada Saatnya Finish !
Jangan tertipu dengan usia MUDA…
Karena syarat mati tidak mesti TUA…
Jangan terpedaya dengan badan SEHAT…
Karena syarat mati tidak mesti SAKIT.
Teruslah berbuat baik, berkata baik, memberi nasihat yang baik. Walaupun tidak banyak orang yg memahamimu,
Jadilah seperti jantung,… Yang tidak terlihat tetapi terus berdenyut setiap saat hingga membuat kita terus hidup menjelang akhir hayat…
AJAL Tak MengenaL Waktu & Usia

Anonim

Mainkan Peran

lagi ngobrol di wa, ada yg share ginian. Menarik...
Share-an dari mba Nanna Luthfi




"Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika ijazah S1 sudah di tangan, teman-temanmu yang lain sudah berpenghasilan, sedangkan kamu, dari pagi hingga malam sibuk membentuk karakter bagi makhluk yang akan menjadi jalan surga bagi masa depan. Mainkan saja peranmu, dan tak ada yang tak berguna dari pendidikan yang kau raih, dan bahwa rezeki Allah bukan hanya tentang penghasilan kan? Memiliki anak-anak penuh cinta pun adalah rezeki-Nya.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika pasangan lain mengasuh bersama dalam cinta untuk buah hati, sedang kau terpisah jarak karena suatu sebab. Mainkan saja peranmu, suatu hari percayalah bahwa Allah akan membersamai kalian kembali.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika nyatanya kondisi memaksamu untuk bekerja, meninggalkan buah hati yang tiap pagi melepas pergimu dengan tangis. Mainkan saja peranmu, ya mainkan saja, sambil memikirkan cara agar waktu bersamanya tetap berkualitas.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika katamu lelah ini seakan tiada habisnya, menjadi punggung padahal rusuk. Mainkan saja peranmu, bukankah semata-mata mencari ridha Allah? Lelah yang Lillah, berujung maghfirah.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika belahan jiwa nyatanya bukan seperti imajinasimu dulu, mainkan saja peranmu, bukankah Allah yang lebih tahu mana yang terbaik untukmu? tetap berjalan bersama ridha-Nya dan ridhanya, untuk bahagia buah cinta.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika timbul iri pada mereka yang dalam hitungan dekat setelah pernikahannya, langsung Allah beri anugerah kehamilan, sedangkan kau kini masih menanti titipan tersebut. Mainkan saja peranmu dengan sebaik-sebaiknya sambil tetap merayu Allah dalam sepertiga malam menengadah mesra bersamanya.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika hari-hari masih sama dalam angka menanti, menanti suatu bahagia yang katamu bukan hanya untuk satu hari dan satu hati. Mainkan saja peranmu sambil perbaiki diri semata-mata murni karena ketaatan pada-Nya hingga laksana zulaikha yang sabar menanti Yusuf tambatan hati, atau bagai Adam yang menanti Hawa di sisi.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika ribuan pasangan pengantin mengharapkan amanah Ilahi, membesarkan anak kebanggaan hati, dan kau kini, membesarkan, mengasuh dan mendidik anak yang meski bukan dari rahimmu. Mainkan saja peranmu, sebagai ibu untuk anak dari rahim saudarimu.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ya, taat. Bagai Nabiyullah Ibrahim, melaksanakan peran dari Allah untuk membawa istri dan anaknya ke padang yang kering. Kemudian, rencana Allah luar biasa, menjadikannya kisah penuh hikmah dalam catatan takdir manusia.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ya, taat. Bagai Nabiyullah Ayub yang nestapa adalah bagian dari hidupnya, dan kau dapati ia tetap mempesona, menjadikannya kisah sabar yang tanpa batas berujung surga.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ya, taat. Bagai nabiyullah lainnya. Berkacalah pada mereka, dan jejaki kisah ketaatannya, maka taat adalah cinta.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Taat yang dalam suka maupun tidak suka.Taat yang bukan tanpa keluh, namun mengupayakan agar keluh menguap bersama doa-doa yang mengangkasa menjadikan kekuatan untuk tetap taat.
Mainkan saja peranmu, dalam taat kepada-Nya, dan karena-Nya.

Karena kita adalah wayang kehidupan, di tangan Dalang Yang Maha Penyayang, Jenius, dan Maha Hebat. Mainkan saja peran kita sebaik-baik kita dapatkan.

Pertunjukkan akan terus berjalan, hingga layar tertutup dan kita akan bertemu Dalang yang menepuk-nepuk punggung kita akan sebaik-baiknya peran yg kita mainkan dalam ketundukan kpd Nya.

Dan Dia akan tersenyum. Sebaik-baik senyum yang semoga kita dapatkan, nikmatnya melebihi dunia dan seisinya, bahkan melebihi surga itu sendiri...

Berperanlah dalam ketaatan..

Anonim"