Kamis, 23 Oktober 2014

Bu Guruku Pandai Sekali | Psikologi Anak | Pendidikan Anak



Ada kutipan bagus lagi nie, panjang juga tapi semoga mau disimak. Sudah lama sie, tapi baru lewat dan kepikiran buat dipajang lagi  n___n


Semoga yg membaca sampai selesai mendapat keberkahan dan rejeki berlimpah, amin..

"Bismillahirrahmaanirrahim..
Beginilah musuh islam

Ibu Guru berkerudung rapi tampak bersemangat di depan kelas sedang mendidik murid-muridnya dalam pendidikan Syari’at Islam.
Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Ibu Guru
berkata, “Saya punya permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah “Kapur!”, jika saya angkat penghapus ini, maka
berserulah “Penghapus!”. Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Ibu Guru mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya, kian lama kian
cepat. Beberapa saat kemudian sang guru
kembali berkata, “Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur,maka berserulah “Penghapus!”, jika
saya angkat penghapus,maka katakanlah “Kapur!”. Dan permainan diulang kembali. Maka pada mulanya murid-murid itu keliru dan kikuk,dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak
lagi kikuk. Selang beberapa saat,permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid muridnya. “Anak-anak, begitulah ummat Islam.
Awalnya kalian jelas dapat membedakan yang haq itu haq, yang
bathil itu bathil. Namun kemudian,musuh musuh ummat Islam berupaya melalui berbagai cara,
untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar
bagi kalian menerima hal tersebut, tetapi karena terus disosialisasikan
dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian
mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan
etika.” “Keluar berduaan, berkasih-
kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang
lumrah, sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trend,materialistik kini menjadi suatu gaya
hidup, korupsi menjadi kebanggaan dan lain lain. Semuanya sudah
terbalik. Dan tanpa disadari, kalian sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?” tanya Guru kepada murid-
muridnya. “Paham Bu Guru”.
“Baik permainan kedua,” Ibu Guru melanjutkan. “Bu Guru ada Al Qur’an, Bu Guru akan meletakkannya di
tengah karpet. Quran itu “dijaga” sekelilingnya oleh ummat yang
dimisalkan karpet.Sekarang anak-anak berdiri di luar karpet.
Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur’an yang ada di tengah dan ditukar dengan buku
lain, tanpa memijak karpet?” Murid-
muridnya berpikir. Ada yang mencoba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain, tetapi tak ada yang
berhasil..Akhirnya Sang Guru memberikan
jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur’an ditukarnya dengan buku filsafat materialisme. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet.
“Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-
mijak kalian dengan terang-terangan.Karena tentu kalian akan menolaknya
mentah-mentah. Orang biasapun tak
akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tetapi mereka
akan menggulung kalian perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar.
Jika seseorang ingin
membuat rumah yang kuat, maka dibina fondasi yang kuat.Begitulah ummat Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat.
Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau fondasinya dahulu. Lebih mudah hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dahulu,
kursi dipindahkan dahulu, lemari dikeluarkan dahulu satu persatu, baru rumah dihancurkan…”
“Begitulah musuh-musuh Islam
menghancurkan kalian. Mereka tidak akan menghantam terang-terangan, tetapi ia akan perlahan-lahan
meletihkan kalian. Mulai dari perangai, cara hidup, pakaian dan
lain-lain, sehingga meskipun kalian itu Muslim, tetapi kalian telah meninggalkan Syari’at Islam sedikit
demi sedikit. Dan itulah yang mereka
inginkan.”
“Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Bu Guru?” tanya mereka. Sesungguhnya dahulu
mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar,dan lain-lain. Tetapi sekarang tidak
lagi. Begitulah ummat Islam. Kalau diserang perlahan-lahan, mereka
tidak akan sadar,akhirnya hancur. Tetapi kalau diserang serentak terang-terangan, baru
mereka akan sadar, lalu mereka bangkit serentak.
Selesailah pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdo’a dahulu sebelum pulang…”
Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran
masing-masing di kepalanya. ***
Ini semua adalah fenomena Ghazwu
Fikri (perang pemikiran). Dan inilah
yang dijalankan oleh musuh-musuh Islam. Allah berfirman dalam surat At Taubah yang artinya:
“Mereka hendak memadamkan cahaya
Allah dengan mulut-mulut mereka, sedang Allah tidak mau selain
menyempurnakan cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir itu benci akan hal itu.”(QS. At Taubah :32).
Musuh-musuh Islam berupaya dengan kata-kata yang membius
ummat Islam untuk merusak aqidah
ummat umumnya,khususnya generasi muda Muslim. Kata-kata membius itu disuntikkan sedikit demi sedikit melalui mas media, grafika
dan elektronika, tulisan-tulisan dan
talk show, hingga tak terasa. Begitulah sikap musuh-musuh Islam.
Lalu, bagaimana sikap kita…? Semoga kita bisa terhindar dari tipu
daya dunia yang menyebabkan kita
malah jauh dari Pemilik Dunia
(Allah ).
Ya Allah lindungi kami, dan bimbing kami agar kami selalu
berada di jalan-Mu..Aamiin ya Rabbal'alaamiin
Via Ust Kholid Syamhudi

Sekian..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar